Jeneponto, mediaukhuwah.id – Senin, Tanggal 1 Mei 2023 Jeneponto memperingati ulang tahunnya ke-160 tahun. Saya hadir di upacara peringatan hari jadi tersebut di lapangan Parang Passamaturukang, memenuhi undangan Bupati Jeneponto.
Upacaya diawali Lagu Indonesia Raya, dilanjukan tarian adat Turatea, pembacaan Ayat suci Al-Qur’an, pembacaan sejarah singkat Jeneponto, kemudian sambutan Bupati dan Gubernur, serta acara resmi lainnya.
Upacara, selain dihadiri Bupati Jeneponto, juga Gubernur Sulsel, Wali Kota Makassar, Pare-Pare, dan beberapa Bupati.
Penetapan hari jadi Jeneponto diawali dengan seminar yang diselenggarakan oleh Pemda Jeneponto kerja sama dengan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Turatea (KKT ) pada periode kepemimpinan (Bupati) Dr. H. Baharuddin Baso Tika. Saya salah seorang narasumber (pemakalah) pembanding pada seminar tersebut dan Tanggal 1 Mei 1863 sebagai salah satu dari beberapa rumusan seminar, ditetapkan oleh DPRD Jeneponto, sebagai hari jadi Jeneponto. Diusulkannya bulan Mei Tahun 1863 dengan pertimbangan, bahwa pada tahun itu bangkitnya kesadaran jiwa nasionalis rakyat Turatea. Yaitu berlangsungnya perlawanan sengit anak-anak Turatea terhadap penjajah Belanda yang terjadi diberbagai Kerajaan-kerajaan kecil. Juga karena tahun tersebut diangkat pemimpin (Raja) Binamu sebagai simbol pemersatu kekuatan rakyat.
Rumusan hari jadi Jeneponto dibacakan secara resmi di upacara hari jadi oleh Bpk. Prof. Dr. H. Basri Modding, M.Si (Rektor UMI, putra Turatea).
Dari rumusan hari jadi tersebut di atas menunjukkan bahwa Anak Turatea mengutamakan persatuan (abbulo sibatang) demi membangun kepentingan bersama, sebagaimana kelong: MANNA RONRONGI LINOA, GESARA’ BORI MARAENG, TAU RATEA, ABBULO SIBATANG TONJI. Rasa persatuan ini terbangun dan diwariskan dari generasi kegenerasi hingga kini. Juga Kerja keras menjadi karakter yang terpelihara, sebagaimana makna kelong: MANNA TINGGI KALUKUA, MANNA KAMMA LAYANG-LAYANG, KUAMBI’ TONJI, PUNNA SIRIK LATAPPELA.
Selain karakter persatuan (abbulo sibatang), karakter kerja keras (appaenteng siri’), juga terpelihara karakter konsistensi, istiqamah yang pantang mengingkari janji, sebagaimana makna kelong: KUNTUNGKU LA’LASA’ TEMBANG, JAPPO LURE SIKARANJENG, TANGKU KANAYA LESSEKA RIKANA TOJENG.
Karakter inilah yang terus terbangun, sehingga masyarakat Turatea semakin cerdas dan berpikiran rasional, BUKAN pa’bambangan na tolo? (Yang sejak dahulu saya tidak setuju ungkapan ini)
Pendidikan semakin maju yang ditandai banyaknya insan Turate yang bergelar DR. dan Profesor. Insan Turatea Terpercaya yang ditandai dengan jabatan publik yang diamanahkan padanya di berbagai instansi Pusat dan daerah (sipil dan Militer)
Pangngadakkang dan ajaran Islam menjadi pedoman dalam tatanan bermasyarakat.
Hari ini, Jeneponto memperingati hari jadinya yang ke 160 tahun.
Di media Cakrawala edisi April 2023 tercatat, bahwa kepemimpinan Iksan-Paris menunjukkan catatan raport yang membanggakan. Tentu masyarakat Jeneponto bersyukur atas prestasi tersebut, yang menjadikan adat-istiadat sebagai landasan berpikir.
Pemimpin berikutnya (siapapun orangnya) tentu diharap melanjutkan falsafah hidup Turatea sebagai landasan teori dalam membangun Jeneponto. Jenepontota, jeneponto kita semua.
Jeneponto maju, Indonesia Maju. Semoga. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Wassalam.
Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S.
Lapangan Passamaturukang Bontosunggu Jeneponto, Senin 01 Mei 2023.